Sabtu, Mei 09, 2009

KHALIFAH GILA?

Memang betul, Khalifah Umar bin Khaththab telah berubah ingatan. Banyak yang melihatnya dengan mata kepala sendiri. Barangkali karena Umar di masa mudanya sarat dengan dosa, seperti merampok, mabuk-mabukkan, malah suka mengamuk tanpa berperikemanusiaan, sampai orang tidak bersalah banyak yang menjadi korban. Itulah yang mungkin telah menyiksa batinnya sehingga ia ditimpa penyakit jiwa.

Dulu Umar sering menangis sendirian sesudah selesai menunaikan salat. Dan tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, juga sendirian. Tidak ada orang lain yang membuatnya tertawa. Bukankah hal itu merupakan isyarat yang jelas bahwa Umar bin Kaththab sudah gila?

Abdurrahman bin Auf, sebagai salah seorang sahabat Umar yang paling akrab,merasa tersinggung dan sangat murung mendengar tuduhan itu. Apalagi, hampir semua rakyat Madinah telah sepakat menganggap Umar betul-betul sinting. Dan,sudah tentu, orang sinting tidak layak lagi memimpin umat atau negara.

Yang lebih mengejutkan rakyat, pada waktu melakukan salat Jum'at yang lalu,ketika sedang berada di mimbar untuk membacakan khotbahnya,sekonyong-konyong Umar berseru, "Hai sariah, hai tentaraku. Bukit itu, bukit itu, bukit itu!"Jemaah pun geger. Sebab ucapan tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan isi khotbah yang disampaikan. "Wah, khalifah kita benar-benar sudah gila," gumam rakyat Madinah yang menjadi makmum salat Jumat hari itu.

Tetapi Abdurrahman tidak mau bertindak gegabah, ia harus tahu betul, apa sebabnya Umar berbuat begitu. Maka didatanginya Umar, dan ditanyainya,"Wahai Amirul Mukminin. Mengapa engkau berseru-seru di sela-sela khotbah engkau seraya pandangan engkau menatap ke kejauhan?" Umar dengan tenang menjelaskan, "Begini, sahabatku. Beberapa pekan yang lewat aku mengirimkan Suriah, pasukan tentara yang tidak kupimpin langsung, untuk membasmi kaum pengacau. Tatkala aku sedang berkhotbah, kulihat pasukan itu dikepung musuh dari segala penjuru. Kulihat pula satu-satunya benteng untuk mempertahankan diri adalah sebuah bukit dibelakang mereka. Maka aku berseru: bukit itu,bukit itu, bukit itu!"

Setengah tidak percaya, Abdurrahman megerutkan kening. "Lalu, mengapa engkau dulu sering menangis dan tertawa sendirian selesai melaksanakan salat fardhu?" tanya Abdurrahman pula. Umar menjawab, "Aku menangis kalau teringat kebiadabanku sebelum Islam. Aku pernah menguburkan anak perempuanku hidup-hidup. Dan aku tertawa jika teringat akan kebodohanku. Kubikin patung dari tepung gandum, dan kusembah-sembah seperti Tuhan."

Abdurrahman lantas mengundurkan diri dari hadapan Khalifah Umar. Ia belum bisa menilai, sejauh mana kebenaran ucapan Umar tadi. Ataukah hal itu justru lebih membuktikan ketidakwarasannya sehingga jawabannya pun kacau balau?Masak ia dapat melihat pasukannya yang terpisah amat jauh dari masjid tempatnya berkhotbah?

Akhirnya, bukti itupun datang tanpa dimintanya. Yaitu manakala sariah yang dikirimkan Umar tersebut telah kembali ke Madinah. Wajah mereka berbinar-binar meskipun nyata sekali tanda-tanda kelelahan dan bekas-bekas luka yang diderita mereka. Mereka datang membawa kemenangan.

Komandan pasukan itu, pada hari berikutnya, bercerita kepada masyarakat Madinah tentang dahsyatnya peperangan yang dialami mereka. "Kami dikepung oleh tentara musuh, tanpa harapan akan dapat meloloskan diri dengan selamat.Lawan secara beringas menghantam kami dari berbagai jurusan. Kami sudah luluh lantak. Kekuatan kami nyaris terkuras habis. Sampai tibalah saat salat Jumat yang seharusnya kami kejakan. Persis kala itu, kami mendengar sebuah seruan gaib yang tajam dan tegas: "Bukit itu, bukit itu, bukit itu!" Tigakali seruan tersebut diulang-diulang sehingga kami tahu maksudnya.Serta-merta kami pun mundur ke lereng bukit. Dan kami jadikan bukit itu sebagai pelindung di bagian belakang. Dengan demikian kami dapat menghadapi serangn tentara lawan dari satu arah, yakni dari depan. Itulah awal kejayaan kami."

Abdurrahman mengangguk-anggukkan kepala dengan takjub. Begitu pula masyarakat yang tadinya menuduh Umar telah berubah ingatan. Abdurrahman kemudian berkata, "Biarlah Umar dengan kelakuannya yang terkadang menyalahi adat. Sebab ia dapat melihat sesuatu yang indera kita tidak mampu melacaknya"

Dari buku Kisah Teladan - K.H. Abdurrahman Arroisi

ISRA BERSAMA RASULULLAH SAW KE LANGIT YANG PALING TINGGI

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari Anas Ibnu Malik bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Didatangkan untukku Buraq yang merupakan hewan putih, panjangnya diatas himar dan dibawah bagal, kukunya berada di akhir ujungnya. Beliau bersabda, `Aku segera menungganginya hingga tiba di Baitul Maqdis.' Beliau bersabda, `Lalu ia mengikatnya dengan tali (rantai) yang biasa dipakai oleh para nabi untuk mengikat.' Beliau melanjutkan, `Kemudian aku memasuki masjid (Baitul Maqdis) dan mendirikan shalat dua rakaat. Setelah itu, aku keluar. Lalu Malaikat Jibril a.s. mendatangiku dan menyodorkan dua buah gelas yang satu berisi khamar dan lainnya berisi susu. Aku memilih gelas yang berisi susu dan Jibril a.s. berkata, `Engkau telah memilih kesucian.'

Kemudian ia naik bersamaku ke langit yang pertama. Jibril meminta dibukakan pintu. Lalu (malaikat penjaga langit pertama) bertanya, `Siapakah kamu.' Jibril a.s. menjawab, `Jibril.' Kemudian ia ditanya lagi, `Siapakah yang besertamu?' Jibril a.s. menjawab, `Muhammad.' Malaikat itu bertanya, `Apakah kamu diutus?' Jibril menjawab, `Ya, aku diutus.' Lalu pintu langit dibukakan untuk kami. Ternyata aku bertemu dengan Nabi Adam a.s. Ia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Setelah itu Jibril a.s. naik bersamaku kelangit yang kedua dan meminta dibukakan pintu. Lalu pintu langit kedua dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan dua putra paman Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria a.s., keduanya menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Lalu Jibril a.s. naik bersamaku ke langit yang ketiga dan meminta dibukakan pintu langit ketiga. Lalu pintu langit ketiga dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Yusuf a.s. yang telah dianugerahi sebagian nikmat ketampanan. Ia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Kemudian Jibril a.s. naik bersamaku kelangit keempat dan meminta dibukakan pintu langit keempat. Lalu pintu langit keempat dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Idris a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Allah SWT berfirman, `Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.'

Setelah itu Jibril a.s. kembali naik bersamaku kelangit yang kelima dan meminta dibukakan pintu langit kelima. Lalu ia membukakan pintu langit yang kelima untuk kami, Di sana aku bertemu dengan Harun a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Malaikat Jibril a.s. kembali naik bersamaku ke langit yang keenam dan meminta dibukakan pintu untuk kami. Lalu ia membukakan pintu keenam untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Musa a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Lalu Jibril a.s. naik lagi bersamaku ke langit yang ketujuh dan meminta dibukakan pintu langit ketujuh. Kemudian malaikat penjaga pintu langit ketujuh membukakan pintu untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Ibrahim a.s. yang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma'mur yang setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat dan tidak kembali kepadanya -sebelum menyelesaikan urusannya.

Setelah itu, ia pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha. Ternyata, daun-daunnya sebesar kuping gajah dan buah-buahannya menyerupai buah anggur. Begitu perintah Allah SWT menyelubunginya dan menyelubungi apa-apa yang akan diselubungi, ia segera berubah. Tidak ada seorang makhluk Allah pun yang mampu menyifati keindahan dan keelokannya. Lalu Allah Maha Agung mewahyukan apa-apa yang akan diwahyukan-Nya kepadaku dan mewajibkanku untuk mendirikan shalat lima puluh kali setiap hari sehari semalam. Setelah itu, aku turun menemui Musa a.s.. Ia bertanya kepadaku, `Apakah gerangan yang telah diwajibkan Allah SWT atas umatmu.' Aku menjawab,' Mendirikan shalat sebanyak lima puluh kali.' Kemudian ia berkata, `Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah kepada-Nya keringanan. Sesungguhnya umatmu tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu. Sesungguhnya aku telah berpengalaman mencobanya kepada Bani Israel.' Beliau melanjutkan sabdanya, `Kemudian aku kembali kepada Rabb-ku dan memohon, `Wahai Rabb, berikanlah keringan untuk umatku.' Dan Ia mengurangi menjadi lima kali. Setelah itu, aku kembali menemui Musa a.s. dan kukatakan kepadanya, `Ia telah mengurangi menjadi lima kali.' Namun Musa a.s. kembali berkata, `Sesungguhnya umatmu tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu. Karena itu kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan.' Lalu aku bolak-balik bertemu antara Rabb-ku Yang Maha Tinggi dengan Musa a.s.. Lalu Dia berfirman, `Wahai Muhammad, sesungguhnya kelima shalat itu dilaksanakan setiap sehari semalam. Setiap shalat dihitung sepuluh yang berarti berjumlah lima puluh shalat. Barang siapa yang ingin melakukan suatu kebaikan kemudian tidak melaksanakannya, maka Ku-tuliskan untuknya satu kebaikan. Dan jika ia mengerjakannya, maka Ku-tuliskan untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa ingin melakukan kejelekan kemudian tidak melakukannya, maka Aku tidak menulis apa-apa padanya. Dan jika ia mengerjakannya, maka Aku menuliskannya satu kejelekan.' Beliau kembali melanjutkan sabdanya, `Lalu aku turun hingga sampai kepada Musa a.s. dan memberitahukan hal tersebut. Musa a.s. berkata, `Kembalilah kepada Rabb-mu dan memohonlah keringanan.' Saat itu Rasulullah saw. bersabda, `Aku katakan kepadanya, `Aku telah berulang kali kembali kepada Rabb-ku hingga aku merasa malu kepada-Nya.'"

BUAH SU’UZHON

Apa sih su’uzhon? Sejenis mangga, pisang atau umbi-umbian? Su’uzhon itu berasal dari bahasa Arab yang artinya berburuk sangka. Pernah dengar kisah seorang pria yang membunuh kucingnya karena su’uzhon? Kucing peliharaan yang begitu setia mengikutinya dari sebelum ia memiliki anak, hingga ia dianugerahi seorang bayi mungil oleh Yang Maha Kuasa.
Sang kucing menjaga bayi di saat majikannya pergi. Ada ular besar masuk ke rumah dan ingin mencelakai bayi mungil yang sedang tertidur nyenyak tapi sang kucing menghalanginya. Terjadilah pertarungan yang seru antara ular dan kucing. Saat sepasang suami istri itu pulang, didapatinya kucing peliharaannya dengan mulut penuh darah. Sang majikan langsung beranggapan bahwa si kucing telah memakan bayinya. Dengan geram pria itu membunuh kucing peliharaannya. Namun, betapa menyesalnya sepasang suami istri itu saat melihat bayinya baik-baik saja. Seekor ular besar tergeletak tak bernyawa di sana, barulah mereka tahu bahwa sebenarnya kucing peliharaannya itu telah menjaga anaknya dari gangguan ular besar itu.

Seorang sahabatku bercerita padaku, bagaimana su’uzhon menghancurleburkan persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin selama lebih dari 5 tahun. Entah dari mana awal mula berita itu menyeruak ke permukaan? Nama baik seorang akhwat dicemari dengan tuduhan bahwa ia berpacaran dengan teman sekelasnya di kampus. Laki-laki yang tergolong anak bandel ini disebut-sebut telah berhasil mencuri hati gadis berparas cantik yang merupakan aktivis dakwah. Kok bisa?
Ada berita dan ini shahih, yang mengatakan bahwa sebut saja Ratna boncengan motor dengan laki-laki yang digosipkan sebagai pacarnya itu. Dan yang lebih mengagetkan lagi mereka berdua terlihat keluar dari sebuah mall. Akhirnya muncullah prasangka, kalau bukan pacaran terus apa namanya?
Jarang datang ke pengajian, jarang ngumpul sama teman-teman sesama aktivis dakwah, tahu-tahu boncengan motor sama laki-laki dan itu keluar dari sebuah mall. Parah banget sih akhwat ini. Dia pasti udah terkena Virus Merah Jambu (VMJ) deh. Itulah yang ada dalam pikiran teman-teman Ratna tentang dirinya.
Ada sms nyasar dari laki-laki itu yang masuk ke no.HP seorang sahabat Ratna, isinya berupa kata-kata sayang tapi tidak jelas sms itu untuk siapa. Dia langsung menebak layaknya seorang paranormal sakti, “SMS ini pasti buat Ratna, tapi dia salah kirim.”
Merasa keadaan Ratna sudah sangat parah, sahabatnya ini menghampiri Ratna. Dan ini kata-kata yang dilontarkannya kepada Ratna, “Ratna, kamu ga salah, kok mau sih pacaran sama cowok kayak dia…...(menjelek-jelekkan laki-laki yang digosipkan sebagai pacar Ratna).” Ratna tidak memberi jawaban atas tudingan sahabatnya, ia malah menjauh dengan muka ditekuk. Kalau anda yang di posisi Ratna, bagaimana perasaan Anda, tanpa tabayun (klarifikasi) atas berita yang memojokkan dirinya, dia diserang dengan kata-kata yang lebih mirip menyalahkan atau memvonis Ratna sebagai seorang yang bersalah. Lagi-lagi prasangka bermain di benak teman Ratna ini, Ratna pasti ga suka deh kalau pacarnya dijelek-jelekin gitu. Buktinya dia sampai pergi dengan muka ditekuk gitu.
Keesokan harinya, si cowok itu ngelabrak sahabat Ratna. “Loe ngomong apaan sih ke Ratna, jelek-jelekin gue di depan Ratna. Loe pengen ngerusak hubungan gue sama Ratna?” Nah, semakin menguatkan dugaan kalau memang Ratna dan cowok itu punya hubungan khusus. Tapi kenapa Ratna pake cerita segala sih, sampe aku dilabrak gini. Benar-benar keterlaluan si Ratna, dia pasti sengaja cerita ke cowoknya.
Sejak saat itu, hubungan Ratna dan sahabatnya yang telah terjalin lebih dari 5 tahun pun hancur sudah. Mereka tak pernah lagi bertegur sapa padahal mereka sekelas. Tak ada lagi senyum, tak ada lagi salam. Hanya kata-kata ini yang terukir “Terserah deh Na kamu mau ngapain aja, aku udah ga peduli.”
Berita ini sampai ke telinga sahabatku Ayu, sekaligus kakak kelas Ratna semasa di SMA. Ayu tahu persis watak Ratna, karena ia cukup dekat dengan Ratna. “Dekatin dong kan kamu sekelas,” kata Ayu kepada sahabat Ratna, Dian. Tapi Dian dan teman-teman Ratna lainnya sudah merasa tak bisa lagi mendekati Ratna. Dian sudah sakit hati atas perlakuan cowok itu kepadanya yang dia anggap sebagai perlakuan serupa dari Ratna. Ayu tidak percaya dengan apa yang didengarnya, tapi mendengar cerita teman Ratna itu Ayu jadi penasaran. Dia merasa perlu mendengar kisah dari sisi Ratna. Ayu memang sahabat sejatiku, ia tak pernah gegabah dalam mengambil keputusan.
Ayu bersilaturrahim ke rumah Ratna, ia membuka perbincangan dengan bahasa yang halus dari hati ke hati. Dan inilah penjelasan Ratna. “Aku lagi banyak masalah keluarga kak Ayu, tapi ga ada satu pun sahabat-sahabat aku yang datang dan nanyain keadaan aku padahal aku butuh mereka. Masalah kenapa aku ga pernah datang lagi ke pengajian, orang tuaku yang melarang. Itu karena orang tua aku kasihan melihat aku pergi pagi pulang malam. Kerja sambil kuliah ga ada istirahatnya, hari Ahad aja pergi untuk ngaji yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku. Kak Ayu tahu sendiri kan kalau fisikku tuh rentan. Aku udah pernah bilang mau pindah pengajian aja, tapi ga ditanggapin sama teman-teman. Makanya aku pindah ngaji ke daerah yang dekat rumahku tanpa izin sama teman-teman yang lain, daripada aku benar-benar ga ngaji.”
“Kalau masalah boncengan dari mall itu, aku akuin itu salah aku. Tapi aku ga jalan bareng dia, cuma kebetulan ketemu dan waktu itu aku lagi buru-buru banget makanya aku ga pikir panjang langsung ikut. Tapi itu cuma sekali kak, cuma sekali dan aku nyesel banget. Yang aku ga suka dari teman-temanku itu, mereka ga pernah nanya baik-baik tentang masalahku. Mereka langsung men-judge, siapa yang ga kesal sih kak padahal mereka juga ga pernah silaturrahim lagi ke rumahku.” Ratna menjelaskan masalahnya dengan beruraian air mata.
“Yang dapat sms nyasar itu bukan cuma Dian, teman-teman yang lain juga dapat. Cowok itu emang anak iseng, aku ga punya hubungan apa-apa sama dia kak. Waktu Dian nanya soal cowok itu, aku langsung buang muka karena aku udah kesal banget. Terus aku ngomelin cowok itu, karena aku pikir dia yang udah bikin teman-temanku jadi salah sangka.” Oh, jadi gitu ceritanya. Ratna memarahi si cowok itu karena menurut Ratna cowok itulah penyebab gosip miring tentang dirinya. Si cowok memarahi Dian, teman Ratna, karena merasa telah dijelek-jelekkan namanya di depan Ratna. Sedangkan Dian menyangka Ratna mengadu ke cowoknya tentang perkataan Dian. Missed communication nih kayaknya.

Sebuah pelajaran menarik, apapun yang kita dengar atau lihat belum tentu seperti apa yang kita duga. Dalam Islam, diajarkan untuk meneliti lebih dahulu kebenaran sebuah berita atau biasa disebut “tabayyun”.
Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
(Q.S.Al Hujurat : 12)

Rabu, Mei 06, 2009

CINTA IBUNDA

Apa yang menarik dari kisah Harry Potter? Novel anak-anak tersebut telah menyelipkan sebuah adegan menarik sekaligus mengharukan : Kekuatan cinta seorang ibu. Voldemort -penyihir hitam paling ditakuti- tiba-tiba kehilangan seluruh kekuatannya ketika ingin membunuh seorang bayi, setelah sebelumnya berhasil menghabisi orang tua bayi itu. Dunia Mistik jadi gempar atas kekalahan penyihir tersebut. Ternyata, sampai detik-detik kematiannya sang Bunda masih terus berupaya menyelamatkan Harry Potter yang masih bayi. Kekuatan cinta seorang ibu, meskipun sang ibu telah tiada, telah mampu melindungi sang anak dari bahaya.
Lepas dari kisah Harry Potter, pernahkah kita menghitung berapa liter beras dan berapa jenis makanan yang telah dimasak oleh seorang ibu untuk anaknya, tangan sang ibu terangkat ketika berdo'a dan berapa banyak air mata mengalir ketika sujud mendo'akan kebahagiaan dan keselamatan anaknya.
Ketika sahabat Nabi SAW berthawaf mengelilingi ka'bah sambi menggendong ibunya yang sudah sepuh, ia bertanya pada Rasul yang mulia,"Sudahkah terbayar lunas semua jerih payah ibuku, Ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab,"Tidak, bahkan untuk menandingi rasa sakitnya saat melahirkanmu pun tidak terbayar."
Dalam bahasa lain, andaikan, sekali lagi, andaikan saja anda mempunyai gunung emas yang kemudian anda berikan semuanya berikut seluruh perbendaharaan harta anda yang lain untuk mengganti semua yang telah dilakukan oleh seorang ibu, niscaya itu semua belum mampu membayar satu malam saja saat-saat ibu mengasuh anda. Tidak pernah ada kata "cukup", "lunas", "terbayar" untuk membalas cinta seorang ibu.
Kita durhaka pada bunda bila bunda tinggal di rumah kecil dan bocor di sana sini, sementara kita tinggal di tempat yang nyaman; kita berdosa bila kita menikmati makan siang yang lezat dan penuh gizi sementara bunda hanya makan seadanya; kita berdosa bila menghitung biaya sekolah anak dan karena itu kita menghindar membelikan obat bagi bunda yang tengah sakit; kita berdosa bila kita dalam perjalanan yang sangat nyaman dalam mobil mewah, sementara bunda naik kendaraan yang penuh sesak; kita tergolong anak durhaka bila kita sanggup piknik atau jalan-jalan dengan teman tapi selalu saja punya alasan untuk tidak membantu atau menemani bunda.
Jangan gunakan logika untuk berkhidmat pada bunda. Balas cintanya dengan cintamu. Kenapa? Karena "Ridho Allah terletak pada ridho orang tua." Begitulah ajaran agama kita. Bagaimana kita membagi cinta untuk keluarga (bagi yang sudah berkeluarga), pekerjaan, teman dan sekaligus untuk bunda? Jawabannya adalah kita tidak pernah membagi cinta, tetapi kita selalu melipatgandakannya. Balaslah kekuatan cinta bunda dengan ketulusan cinta kita, insya ALlah -seperti diilustrasikan dalam kisah Harry Potter- cinta sang bunda akan terus melindungi kehidupan kita.

Ya Robb, ampuni dosaku dan dosa kedua orang tuaku, sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangi kami di waktu kecil."